Selasa, 25 September 2012

Indonesia Kekurangan Ahli Penyakit Jantung

Tenaga ahli spesialis penyakit jantung di Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan. Kini, baru ada 458 dokter Spesialis Penyakit Jantung (SPJ) untuk melayani sekitar 200 juta masyarakat. Itu berarti satu dokter akan menangani 480.349 orang.

Ketua Umum Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler di Indonesia (PERKI), Sunarya Soerianata, MD, FIHA, mengatakan untuk mencapai rasio 1: 100.000 saja cukup sulit. Pasalnya, pendidikan dokter di Indonesia saat ini memakan biaya besar karena pemerintah tidak lagi menyubsidi pendidikan kedokteran.

Padahal, mahasiswa jurusan Kedokteran Umum (S1) butuh waktu hingga 13 tahun untuk menjadi dokter SPJ. “Dokter umum butuh enam sampai tujuh tahun sebelum melanjutkan SPJ, kami mewajibkan mereka untuk menjadi dokter umum selama dua tahun. Sedangkan, pendidikan SPJ memakan waktu hingga lima tahun.” jelas Soenarya dalam konferensi pers acara Seminar Awam Kewaspadaan Sindroma Metabolik di Hotel Le Meridien Jakarta, Sabtu, 15 November 2008.

Sunarya menjelaskan pihaknya menggalakkan program penanggulangan secara primer dan sekunder untuk mengantisipasi kekurangan tenaga ahli tersebut. Selain PERKI, Yayasan Jantung Indonesia, Departemen Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dalam program tersebut.

Selain itu, tambah Sunarya, PERKI juga mengharapkan kerja sama dari dokter umum, dokter jantung anak, dan spesialis penyakit dalam untuk memberi pelayanan primer jantung seperti program deteksi dini.
Sunarya mengakui terdapat beberapa masalah yang menghambat perkembangan penangggulangan penyakit jantung. Selain kekurangan SDM, biaya pengobatan penyakit jantung juga sangat mahal. Soalnya, alat-alat jantung hampir tidak bisa diproduksi di dalam negeri. “Walau begitu, layanan kardiovaskuler berteknologi tinggi di dalam negeri tidak kalah dengan kemajuan spesialis jantung dan pembuluh darah di luar negeri,” jelas Sunarya.

Dia mengatakan bahwa pada 2010, seluruh fakultas kedokteran di Indonesia diharapkan memiliki pendidikan SPJ. Saat ini, baru didirikan 12 pusat pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di luar pusat pendidikan yang sudah ada, misalnya di FKUI dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Masa mendatang diharapkan pusat pendidikan penyakit jantung dan pembuluh darah sudah tersebar di seluruh Indonesia.

(Petti Lubis, Nerisa/Vivanews)

0 komentar:

Posting Komentar

Statistik Blog

free counters